Sunday, September 24, 2006

Aburizal Bakrie yang saya kenal!

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membela Ir Aburizal Bakrie,dari kritikan-kritikan yang dia terima pada baik pada saat menjabat Menko Perekonomian,karena ucapannya yang kurang simpatik,kalau tidak mampu membeli gas,ya jangan pakai gas,maupun pada saat menjabat Menko Kesejahteraan Rakyat,sehubungan dengan kejadian musibah lumpur di Sidoarjo yang melibatkan PT Lapindo Brantas,salah satu perusahaan yang dimiliki Keluarga Besar Bakrie.
Saya mengenal Izal,demikian panggilan sehari-harinya,pada saat saya masuk kuliah di ITB, jurusan Elektroteknik,tahun 1965.Sebenarnya Izal masuk ITB adalah pada tahun 1964,namun dia kurang aktif kuliah pada tahun pertama,kalau tidak salah dia pernah mencoba kuliah di luar negeri,mungkin ke Jerman,namun daya tarik kampus ITB lebih memikat hatinya,sehingga dia kembali lagi ke tanah air,lalu praktisnya kamipun seolah-olah menjadi satu angkatan.Kamipun hampir bersamaan lulusnya pada tahun 1973,dan mengambil jurusan yang sama yaitu Teknik Tenaga Listrik.
Selama kuliah,dia sangat aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus ITB.Dia pernah menjadi salah satu Ketua Dewan Mahasiswa ITB.Teman-temannya yang sering saya lihat dalam kegiatan itu adalah Racmad Witular,Wimar Witular,Sjarif Tando,Sarwono Kusumaatmaja,Bernard Mangunsong dan Arifin Panigoro.Yang disebut namanya ini sepertinya semuanya juga menjadi anggota PMB,Persatuan Mahasiswa Bandung.Dalam kegiatan kemahasiswaan itu,dia terkesan bukan sebagai orang politik,tetapi sebagai orang teknik,atau pelaksana kegiatan,sedangkan kegiatan kemahasiswaan yang berbau politik bukan menjadi bidangnya.Dia kurang tertarik pada kegiatan forum diskusi.Tetapi dia sangat aktif dalam dunia olah raga.Saya pernah ikut dia dalam satu perguruan karateka,KKI,namun dia jauh lebih senior dalam perguruan ini.Tahun terakhir di kampus,dia juga belajar bisnis,dengan meminta modal kepada ayahandanya,namun merugi.Sewaktu hal itu dilaporkannya kepada ayahandanya,beliau hanya tertawa terbahak-bahak,dengan ucapan merugi dalam bisnis adalah hal biasa,dan itu adalah menjadi pelajaran tersendiri,yang tidak didapat di kampus katanya.
Berbeda dengan kawan-kawannya yang aktifis,banyak yang terlambat dalam penyelesaian studinya,Ical hampir dapat dikatakan selesai study dengan masa kuliah yang tergolong cepat,bila dibandingkan dengan kawan-kawanya,yang hanya belajar saja.
Melihat dari kegiatannya pada masa mahasiswa,saya agak bisa memahami ucapannya yang kurang diplomatis,namun publik belum tentu mentolerernya,dan itu adalah risiko pejabat publik.Alumni ITB,jurusan Elektroteknik,Ir.Berlin Simarmata.MM.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home