Thursday, September 28, 2006

Bapak AE Manihuruk yang saya kenal!

Semasa saya menjadi kanak-kanak,telah sering terdengar nama bapak AE Manihuruk.Beliau adalah kelahiran desa Lumban Suhi-suhi,kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir,berjarak kira-kira 10 km dari desa kami,desa Simarmata.Terakhir pangkat beliau adalah Mayor Jenderal Purnawirawan,dan jabatan terakhir adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI,namun jabatan yang paling lama adalah Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.Dikampung kami beliau dikenal sebagai seorang pejuang,yang tadinya adalah seorang guru,lalu masuk TNI pada masa perjuangan.Disamping pejuang,beliau dikenal sebagai seorang yang berhati baik,suka menolong orang kampung kami,dalam batas-batas kemampuannya.
Saat saya murid SMP di Pangururan-Samosir,saya satu kelas dengan putrinya Jeanny boru Manihuruk.Pada saat saya kuliah di ITB Bandung,saya dapat kesempatan berkenalan dengan keluarga beliau.Beliau berada di Bandung,karena mendapat tugas sebagai dosen Seskoad. Selama di Bandung beliau juga diangkat sebagai Penasehat Muda Mudi Silalahi Sabungan.Saya ikut sebagai anggota karena ibu saya boru Silalahi-Sihaloho,dan beliau juga diangkat sebagai penasehat karena isterinya adalah boru Silalahi-Sihaloho.Sayapun mengenal beliau secara dekat tatkala pernikahan Letnan Dua Tukang Simarmata,sekarang Kolonel,dengan Emmy boru Tobing SH.Beliau bertindak sebagai wali penganten laki-laki,dan saya sebagai panitia resepsi. Kemudian saya bertemu lagi dengan putrinya Jeanny boru Manihuruk,teman lama,tatkala kami sama-sama masuk GMKI Bandung,dia kuliah di IKIP Bandung.
Nasehat beliau yang paling berkenan dihati saya adalah:Jangan melupakan kampung halaman atau bonapasogit.Beliau mengkritik Kolonel Maludin Simbolon dan Mayor Raja Permata alias Sangga Raja Simarmata,yang tidak mempedulikan pulau Samosir.Beliau masih berpangkat Letnan Satu,tatkala kedua nama yang disebut terdahulu sebagai Panglima Kodam Bukit Barisan dan Komandan Batalion di BB.Mereka bertiga adalah pinompar ni si Raja Parna atau sering disebut Naiambaton,jadi kritiknya adalah kritik sesama bersaudara.
Sekarang beliau sudah dipanggil Tuhan,dan jenazahnya dimakamkan pada makam keluarganya di desa Lumban Suhi-suhi,pulau Samosir.Nasehatmu akan saya usahakan menyampaikan kepada generasi muda.Penulis adalah anggota PARNA;Ir Berlin Simarmata MM.

Wednesday, September 27, 2006

Wmar Witoelar yang saya kenal!

Pada saat saya masuk kuliah di ITB tahun 1965,yang menjadi Ketua Dewan Mahasiswa ITB adalah Rachmat Witoelar,seorang mahasiswa Arsitektur.Tepat selesai acara masa pra mahasiswa, terjadi G-30 S yang didalangi oleh PKI.Hampir seluruh mahasiswa Bandung,yang tergabung dalam KAMI,Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia-Bandung mengadakan demonstrasi.Dapat dipastikan dalam setiap demonstrasi di Bandung pada saat itu,mahasiswa ITB menjadi sponsor utama.Dalam setiap acara demonstrasi,saya melihat seorang mahasiswa yang sering berbicara dengan mantapnya di depan para mahasiswa,suaranya agak berat,rambut kribo,dan wajahnya mirip Ketua Dewan Mahasiswa ITB,yang ruypanya adalah abang kandungnya.Dia adalah Wimar Witoelar,yang berbadan tambun. Kemudian hari saya sering bersama dia kuliah,karena dia ternyata adalah mahasiswa Elektroteknik,masuk pada tahun 1963.Kuliahnya memang agak tersendat,karena dia salah satu tokoh mahasiswa Bandung yang sangat sibuk.Dia pernah menjadi Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB,semacam MPRnya di republik ini,sebelum diamandemen.Sayapun pernah menjadi Ketua I MPM ITB,beberapa tahun kemudian setelah Wimar Witoelar.Kemudian diapun pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB,sebelum atau sesudah Sarwono Kusumaatmaja,saya lupa.Perjalanan hidupnya kemudian menjadi lain,setelah dia meneruskan kuliah di luar negeri,AS atas nasehat Rektor ITB, Prof.Dr.Dody Tisnaamijaya.Dia memang berhasil sampai mencapai S2 di AS,namun gagal di ITB,karena waktunya habis untuk kegiatan kemahasiswaan.
Dari kejauhan saya dengar,karena saya sudah menjadi pegawai PLN,bahwa Wimar kembali ke ITB sebagai staf pengajar di jurusan Teknik Industri,namun tidak lama karena keterlibatannya dalam gerakan mahasiswa,yang dianggap penguasa saat itu banyak memberi nasehat kepada para pimpinan mahasiswa.Akhirnya dia keluar dari pegawai negeri dan berwiraswasta di Jakarta.Dia menikah dengan seorang mahasiswa Thailand,yang kemudian menjadi dokter,saat mereka bersama-sama di AS.
Kemudian hari saya kaget,setelah Gus Dur mempercayainya dan mengangkatnya menjadi juru bicara kepresidenan RI. Saya kaget,karena saya melihat dia selama ini,sejak mahasiswanya benar-benar seorang yang independend.Teman-temannya yang menjadi aktifis mahasiswa, Sarwono Kusumaatmaja,Aburizal Bakrie,Rachmat Witoelar,Arifin Panigoro,Marzuki Darusman, Jacob Tobing,Sugeng Suryadi,sudah ada yang menjadi anggota parlemen,anggota kabinet dan ada juga yang menjadi pengusaha.Permintaan Gus Dur rupanya tidak dapat dia tolak,karena sesuai dengan pengakuannya,tokoh ini memang sangat dia kagumi.
Hal lain yang menarik dari Wimar Witoelar,adalah sikapnya yang selalu menghormati abangnya Rachmat Witoelar,walau mereka kadang-kadang berbeda posisi.Sama dengan orang yang dia kagumi Gus Dur,diapun juga seorang yang pluralisme.Caranya berbicara,menanggapi masalah tidak pernah berobah sejak mahasiswa.Kita tetap membutuhkan tokoh seperti Wimar Witoelar, karena mampu melihat masalah dari berbagai sisi.
Penulis adalah alumni ITB,Elektroteknik;Ir Berlin Simarmata MM.

Monday, September 25, 2006

Arifin Panigoro yang saya kenal!

Tulisan ini hanya sekedar memberikan catatan dalam perjalanan karier kepada Ir Arifin Panigoro, yang saya kenal pada saat bersama-sama kuliah di ITB,jurusan Elektroteknik.Saya masuk ITB tahun 1965,sedang saudara Arifin Panigoro tahun 1963.Secara pribadi,saya tidak dekat dengan dia,mungkin karena kami beda angkatan,tetapi saya satu angkatan dengan adiknya Ir Dedy Panigoro.
Sejak mahasiswa sudah kelihatan aktivitasnya.Dia adalah penggemar olah raga basket.Dia juga adalah anggota Resimen Mahasiswa ITB.Beberapa kali dia juga ikut serta dalam terjun payung,sehingga dia berhak memakai tanda pernah terjun payung.Kalau saya tidak salah ingat dia juga ikut serta dalam perguruan karateka,KKI,dimana saya juga menjadi anggotanya.Dalam aktivitas Dewan Mahasiswa,dia selalu ikut serta,namun tidak dalam posisi yang menonjol,artinya tidak ikut serta dalam struktural,tetapi dari belakang layar.Dia bersahabat dengan beberapa pimpinan mahasiswa,yang juga rekan-rekannya sesama anggota PMB, Persatuan Mahasiswa Bandung,sekali gus mahasiswa ITB,yaitu Rachmad Witular,Wimar Witular,Bernard Mangunsong,Aburizal Bakrie,Sarwono Kusumaatmaja dan Erna Witular.Dia memang agak terlambat dalam penyelesaian studinya,saya lulus tahun 1973,kalau tidak salah dia lulus tahun 1975.Hal ini terjadi bukan karena dia bodoh atau malas,tetapi memang kegiatannya sangat banyak.Orang tuanya adalah seorang pengusaha yang sukses,dan mengambil tempat usahanya didaerah Braga,yang pada masa itu disebut sebagai pusat kota Bandung.
Setelah lulus dari ITB,saya menjadi pegawai di PLN,sementara Ir Arifin Panigoro menjadi wirasuasta,dan pernah menjadi kontraktor listrik di proyek-proyek kelistrikan PLN.Namun beberapa tahun kemudian dia sudah mengembangkan usahanya dalam bisnis perminyakan, suatu terobosan yang sangat berani.Kalau dalam kelistrikan nama usahanya adalah PT Meta Epsi,maka dalam perminyakan adalah PT Medco nama usahanya.Saya pernah kaget melihat gerakannya,tatkala dalam posisi berseberangan dengan Presiden Habibie.Saya juga kaget melihat dia secara mulus bisa meninggalkan kelompok Presiden Suharto,dalam hal ini Ginanjarkartasasmita,dan masuk kedalam kelompok Presiden Megawaty Sukarnoputri dan kemudian dia tinggalkan,dan dekat dengan Presiden SBY,melalui Menteri BUMN Sugiharto, yang pernah menjadi Direktur Keuangan di PT Medco.Saya juga pernah melihat dia berduaan dengan Amien Rais,disuatu tempat sambil makan siang.
Kesan saya atas semuanya ini adalah,bahwa sepak terjang politik Ir Arifin Panigoro,sudah terlihat pada saat mahasiswanya,yang tidak mau terikat dalam satu kelompok tertentu.Sepertinya bagi dia,kepentingan adalah yang tetap,kawan dan lawan bisa berubah setiap saat.Tentu saja hal ini tidak salah,karena itu menyangkut hak azasi.
Penulis adalah Alumni ITB,Elektroteknik,Ir Berlin Simarmata MM.

Sunday, September 24, 2006

Aburizal Bakrie yang saya kenal!

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membela Ir Aburizal Bakrie,dari kritikan-kritikan yang dia terima pada baik pada saat menjabat Menko Perekonomian,karena ucapannya yang kurang simpatik,kalau tidak mampu membeli gas,ya jangan pakai gas,maupun pada saat menjabat Menko Kesejahteraan Rakyat,sehubungan dengan kejadian musibah lumpur di Sidoarjo yang melibatkan PT Lapindo Brantas,salah satu perusahaan yang dimiliki Keluarga Besar Bakrie.
Saya mengenal Izal,demikian panggilan sehari-harinya,pada saat saya masuk kuliah di ITB, jurusan Elektroteknik,tahun 1965.Sebenarnya Izal masuk ITB adalah pada tahun 1964,namun dia kurang aktif kuliah pada tahun pertama,kalau tidak salah dia pernah mencoba kuliah di luar negeri,mungkin ke Jerman,namun daya tarik kampus ITB lebih memikat hatinya,sehingga dia kembali lagi ke tanah air,lalu praktisnya kamipun seolah-olah menjadi satu angkatan.Kamipun hampir bersamaan lulusnya pada tahun 1973,dan mengambil jurusan yang sama yaitu Teknik Tenaga Listrik.
Selama kuliah,dia sangat aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus ITB.Dia pernah menjadi salah satu Ketua Dewan Mahasiswa ITB.Teman-temannya yang sering saya lihat dalam kegiatan itu adalah Racmad Witular,Wimar Witular,Sjarif Tando,Sarwono Kusumaatmaja,Bernard Mangunsong dan Arifin Panigoro.Yang disebut namanya ini sepertinya semuanya juga menjadi anggota PMB,Persatuan Mahasiswa Bandung.Dalam kegiatan kemahasiswaan itu,dia terkesan bukan sebagai orang politik,tetapi sebagai orang teknik,atau pelaksana kegiatan,sedangkan kegiatan kemahasiswaan yang berbau politik bukan menjadi bidangnya.Dia kurang tertarik pada kegiatan forum diskusi.Tetapi dia sangat aktif dalam dunia olah raga.Saya pernah ikut dia dalam satu perguruan karateka,KKI,namun dia jauh lebih senior dalam perguruan ini.Tahun terakhir di kampus,dia juga belajar bisnis,dengan meminta modal kepada ayahandanya,namun merugi.Sewaktu hal itu dilaporkannya kepada ayahandanya,beliau hanya tertawa terbahak-bahak,dengan ucapan merugi dalam bisnis adalah hal biasa,dan itu adalah menjadi pelajaran tersendiri,yang tidak didapat di kampus katanya.
Berbeda dengan kawan-kawannya yang aktifis,banyak yang terlambat dalam penyelesaian studinya,Ical hampir dapat dikatakan selesai study dengan masa kuliah yang tergolong cepat,bila dibandingkan dengan kawan-kawanya,yang hanya belajar saja.
Melihat dari kegiatannya pada masa mahasiswa,saya agak bisa memahami ucapannya yang kurang diplomatis,namun publik belum tentu mentolerernya,dan itu adalah risiko pejabat publik.Alumni ITB,jurusan Elektroteknik,Ir.Berlin Simarmata.MM.

Sunday, September 17, 2006

MayorRaja Permata ikut menanda-tangani Ikrar Bersama tertanggal 16 Desember 1956.

Para Perwira Teritorium I Bukit Barisan,mengeluarkan IKRAR BERSAMA yang ditanda-tangani oleh 48 orang perwira dibawah pimpinan Kolonel Maludin Simbolon selaku Panglima.Salah satu penanda-tangan yang lain Mayor Raja Permata,Komandan BI-138.Nama Raja Permata, sesungguhnya adalah nama populer,karena nama sebenarnya adalah Sangga Raja Simarmata. Permata adalah singkatan dari Simarmata,karena dirasakan beliau menyebutkannya oleh kalangan diluar Batak agak menyulitkan.Almarhum pensiun dari TNI AD dengan pangkat Brigader Jenderal TNI,dan jabatan publik yang terakhir dia pegang adalah Wakil Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan.Bersama 47 orang perwira lain,beliau ikut berikrar untuk bertindak dengan cara-cara yang tegas dan revolusioner untuk melaksanakan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 1945 atas landasan Pancasila dalam bentuk jiwa Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam perkembangannya kemudian sejarah mencatat bahwa para perwira terpecah,dengan dalih setelah mendapat penjelasan dari Pemerintah Pusat,bahwa langkah yang ditempuh oleh para perwira adalah indispliner,dan merekapun masuk dalam dua kelompok yaitu,mengikuti dengan setia Panglima Kolonel Simbolon dan rela menerima segala konsekwensinya,dan kelompok lain menyadari kekeliruan yang dibuat,dengan alasan semata-mata tunduk kepada atasan,tidak bermaksud untuk memberontak kepada Pemerintah yang syah.Dalam kelompok yang pertama tercatat nama-nama Let Kol Achmad Husein,Let Kol Sjamaun Gaharu,Kapten Sinta Pohan dan lain-lain,serta kelompok lain adalah Let Kol Djamin Ginting,Let Kol A Wahab Makmur,Mayor J Samosir dan Mayor Raja Permata alias Mayor Sangga Raja Simarmata.
Jalan hidup memang sulit ditebak.Panglima Kol Maludin Simbolon,sampai akhir hidupnya tetaplah seorang Kolonel,setelah dia kembali ke pangkuan ibu pertiwi,sementara anak buahnya yang tadinya jauh dibawahnya Mayor Maraden Panggabean,tidak ikut berikrar karena barusan pindah dari Bukit Barisan ke Sriwijaya, menjadi Jenderal dan pernah menjadi Panglima ABRI dan Mayor Raja Permata mencapai Brigader Jenderal.Kini mereka bertiga sudah almarhum,hanya Tuhanlah yang tau tentang kualitas pengabdiannya.Putra Simarmata,Ir.Berlin Simarmata MM.

Thursday, September 14, 2006

Benarkah ada gerombolan Simarmata,disepanjang jalan Pematang Siantar dan Parapat?

Ceritera ini penulis baca pada Buku Memoar M.Panggabean;Berjuang dan Mengabdi,Pustaka Sinar Harapan,Jakarta 1993,dari halaman 181 s/d 184.Pada tahun 1950,bulan Februari,M.Panggabean dengan pangkat Kapten menjadi Komandan Batalion 104,yang bertanggung jawab soal pengamanan daerah Simalungun,termasuk pembersihan jalan Pematangsiantar-Parapat dari gangguan dan perampokan gerombolan liar Simarmata,eks Barisan Harimau Liar,BHL,suatu barisan sakit hati,yang telah diusir dari daerah perbatasan Riau-Tapanuli Selatan.
M.Panggabean mencari informasi,mengenai dimana kira-kira tempat persembunyian Simarmata dan pasukannya.Diluar perkiraan Panggabean,seorang anak laki-laki belasan tahun,menyanggupi menunjukkan persembunyian Simarmata.Anak itu meyakinkan dengan mengatakan bahwa pada malam sebelumnya dia bermalam bersama Simarmata.
Pada malam hari,setelah melewati kampung,si penunjuk jalan,Panggabean bersama pasukannya memasuki hutan dengan perkiraan pagi-pagi subuh sudah dapat menyergap Simarmata di tempat persembunyiannya.Penunjuk jalan memberi isyarat bahwa itulah tempat persembunyian Simarmata.Ada tiga orang jaga yang asyik memandangi sisa-sisa api yang kadang-kadang masih menyala,sehingga lokasi dan bentuk umum gubuknya kelihatan dengan jelas.Dengan perlahan,Panggabean dan pasukannya mengelilingi gubuk itu,dengan senjata terkokang serentak menyerbu pelataran tempat gerombolan Simarmata,dan meminta agar menyerah.Sebanyak 12 orang tertawan,namun setelah diperiksa, Simarmata tidak ditemukan. Kedua belas orang mengaku bahwa mereka semuanya bersama Simarmata.Simarmata melarikan diri dengan cara yang sangat jenius,yang tentu dipelajarinya sewaktu masih dalam pasukan"Talapeta",asuhan Kolonel Jepang Inoue,yaitu dengan melepas alas tidurnya yang sendirian,otomatis dapat dilepas sewaktu dia merasa terkepung.Dengan satu atau dua kali berguling,Simarmata otomatis jatuh kedalam lembah dan dari sana kemudian lari masuk hutan.
Dengan tertangkapnya gerombolan Simarmata,jalan Pematang Siantar-Parapat menjadi aman. Simarmata sendiri,yang sudah tidak mempunyai pengikut lagi,tidak lama kemudian menyerahkan diri kepada suatu pos Mobile Brigade Polisi.Katanya, ia takut menyerah kepada kepada Batalion 104,Batalionnya Panggabean.
Penulis tidak meragukan kebenaran ceritera ini,karena almarhum Jenderal M.Panggabean adalah seorang pejuang,hanya dikalangan marga Simarmata,ceritera ini tidak pernah kedengaran.Mungkinkah terjadi penghilangan fakta? Penasehat Punguan Pinompar ni Simataraja Simarmata se DKI-Jakarta Raya,Ir Berlin Simarmata MM.

Sunday, September 10, 2006

Kelengahan dan Strategi Menghadapi Masa Depan Orang Batak.

Belakangan ini semakin santer terdengar keluhan orang Batak bahwa adat semakin menjadi beban yang berat.Tampaknya sebegitu banyak yang mengeluh,namun sebegitu banyak juga orang Batak yang membuat pesta adat semakin lebih semarak dan lebih mahal.Bagi yang punya duit persoalan utama ialah bagaimana membuat pesta demikian memuaskan kedua suhut dan mengundang pujian dan kekaguman dari undangan dan publik.Perangkat baru menyusup ke setiap pesta orang Batak paradongan masa kini yaitu musik tiup,perekaman video,band,baju seragam penerima tamu,pagar ayu,penari pengiring pengantin yang cantik,yang menambah biaya pengeluaran pesta.Selain itu sinamot mulai bergerak ke jumlah yang mengejutkan yaitu 10,20,30,50,70 juta.Konotasinya mengejar hasangapon.Sebaliknya semakin banyak orang Batak yang tercecer karena kurang mampu mengikuti arus kemajuan perkawinan orang Batak kota.
Bahwa strategi "eme na masa digagat ursa,ba i na masa i ma niula,atau pidong na martonga langit i pe dapotsa do manganna,atau ompunta na di jolo martungkot siala gundi,na pinungka ni parjolo ba i ma diihuthon na parpudi"sudah perlu dipikirkan dan direnungkan keabsahan dan kesahinannya dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan dan gejolak.
Dilain pihak,seringnya terjadi perpecahan dan konflik terbuka,overt conflik,maupun tertutup, convert conflik belakangan ini sangat merugikan strategi kemajuan orang Batak secara umum. Kebiasaan "habatahon" yang konotasinya negatif yakni"pasombu tagas dan dang di ho dang di ahu,tumagonan di begu" masih merajai nafsu angkara murka sebagian pemimpin sosial dan pendukungnya.
Kemajuan sosial,ekonomi,pendidikan bahkan agama dan budaya memerlukan perencanaan yang handal agar generasi penerus Batak mampu bersaing dan hidup sejahtera dan harmonis dengan sesama bangsa Indonesia pada abad kesejagadan (globalisasi) yang akan datang. Sebaiknya dihindarkan strategi yang muluk-muluk yang sifatnya utopis dan filosofis abstrak. Pada masa abad 21 mendatang yang dibutuhkan adalah strategi aplikatif yang terprogram. Pemerhati budaya Batak,Ir Berlin Simarmata MM.

Saturday, September 09, 2006

Memakai umpama-umpasa harus selektif.

Umpama sangat berguna bagi orang Batak dan merupakan bukti hikmat dan tingginya filosofi adat Batak.ini melebihi arti pepatah biasa,karena mempunyai fungsi hukum dan kuasa.Suatu kebenaran yang diucapkan oleh seseorang pada sebuah pesta adat,masih belum diterima sebagai kebenaran yang penuh,sebelum itu dikuatkan dengan umpama.Menyampaikan umpama sama dengan menghadirkan nenek moyang untuk memberi petuah nasehat,peringatan atau ancaman. Ini terlihat dari formula-formula dalam mengawali umpama,yakni: "Demikianlah dikatakan oleh umpama" atau "Karena demikianlah dikatakan oleh nenek moyang kita".Jadi petunjuk/perintah bapak-bapak dahulu itu dikuasakan atau diberlakukan pada kesempatan-kesempatan di mana umpama itu diucapkan.
Tempat kedudukan sosial umpama adalah pengajaran/nasihat dari orang tua yang berkidmat kepada yang lebih muda usianya.Walau pengajaran itu umumnya disampaikan berupa nasehat,namun bagi orang Batak,nasehat yang disampaikan karena dan atas nama bapak-bapak dahulu,mempunyai kualitas sebagai patik dohot uhum yang mesti dituruti.Ucapan nenek moyang atau ucapan yang diangkat dan dilegaliser menjadi ucapan nenek moyang begitu bergema dan mengikat bagi kebanyakan orang Batak.
Tondi dan sahala mereka sangat berkuasa,bahkan bisa menghukum atau memberkati sesuai penurutan/pelamggaran hukum-hukum orang Batak.Karena itu orang Batak sangat legalistuis. Pelanggaran patik/uhum adalah tabu.Karena umpama/umpasa dianggap sebagai hukum maka kita harus selalu menaatinya.Seolah-olah umpama-perintah nenek moyang itu,tidak bisa diingkari,ditolak atau dirubah.Kalau ajaran itu tidak cocok lagi dengan keadaan,perkembangan zaman,maka harus ditolak.Karena itu kita harus selektif memakai umpama-umpasa.Pemerhati Adat Batak.Ir Berlin Simarmata MM.

Friday, September 08, 2006

Dalihan Na Tolu,Kemarin,Hari Ini,dan Esok.

Dalihan Na Tolu,DNT,adalah pranata adat yang diciptakan dan merupakan warisan peninggalan nenek moyang (leluhur) orang Batak sejak ratusan tahun lalu.Ditinjau dari segi alasan-alasan yang mendorong kelahirannya,DNT berbeda dari lembaga atau pranata adat di daerah lain di Indonesia,karena lembaga ini tidak dibentuk berdasarkan commitment atau kesepakatan,melainkan karena kodrat berupa perkawinan,marga,silsilah berdasarkan marga, dan persatuan marga-marga.DNT tidak membeda-bedakan kedudukan atau status sosial seseorang,entah menteri,kepala desa,profesor,doktor atau guru sekolah dasar, konglomerat atau pedagang kecil,semua sama.Lembaga ini berfungsi sebagai pengikat yang didasarkan atas hubungan cinta kasih.Dasar cinta kasih itu menentukan hubungan antarsesama dengan pengutamaan kewajiban dan menomorduakan hak.
Marga pada orang Batak sangat berbeda dengan marga pada suku-suku lain.Marga merupakan penjalin hubungan batin antara seseorang dengan kelompok marganya,sedangkan pada suku-suku lain,misalnya Minahasa,Ambon,dan Toraja,marga merupakan bagian dari identitas saja.Orang Batak hampir tak mungkin menghilangkan marganya atau keluar dari kesatuan marganya.Karena didasarkan atas kodrat itulah maka adat yang berkaitan dengan DNT tidak mungkin lenyap atau dihilangkan.
DNT sudah merupakan deep culture bagi orang Batak,sehingga sekalipun budaya Batak bersentuhan dengan budaya baru,misalnya pengaruh budaya Kristen,DNT akan berusaha untuk tetap eksis bersama-sama dengan budaya baru itu.Contoh-contoh deep culture dalam kebudayaan Batak,antara lain:upacara adat perkawinan,mangulosi,dan mangongkal holi (memindahkan tulang-belulang orang yang sudah meninggal ke makam yang nilainya lebih tinggi,yakni tugu).
DNT(Tungku Nan Tiga) terdiri dari 3 pilar,yaitu;Dongan Sabutuha terdiri dari kelompok orang yang semarga atau satu leluhur,Hula-hula,adalah kelompok marga pihak si pemberi perempuan,marga dari mana isteri atau ibu berasal,dan Boru adalah kelompok marga si penerima perempuan.Fungsi dari ketiga pilar tersebut sangat erat dalam hidup bermasyarakat orang Batak.Fungsi ini dijelaskan dalam ucapan;Manat Mardongan Tubu,Somba marhula-hula dan Elek Marboru.Pemerhati Adat Batak,Ir Berlin Simarmata MM.

Thursday, September 07, 2006

Adat adalah hukum tak tertulis yang disiratkan oleh Sang Pencipta?

Adat atau budaya merupakan tata hidup yang diwarisi manusia dari ayahnya secara turun-temurun,yang menjadi tatanan dan norma hidup sehari-hari.Orang Batak Toba mengenal perkataan:Adat do ugari,sinihathon ni Mulajadi,Adat adalah hukum tak tertulis yang disiratkan oleh Sang Pencipta.Ungkapan ini membuat orang Batak menjadi sangat takut dan taat kepada adat,karena dimengerti dan dihayati sebagai perwujudan dari kehendak Sang Pencipta.Setia melakukan perintah atau tuntutan adat sama dengan setia mematuhi kehendak Sang Pencipta,dan sebaliknya,melawan atau melanggar adat istiadat sama artinya melakukan yang bertentangan dengan kehendak Sang Pencipta.Karena itu orang Batak harus berpikir beberapa kali kalau sudah menyangkut hal-hal yang bertentangan dengan adat dan justeru itu ada ungkapan yang mengatakan "Orang Batak mati karena termakan adat". Mungkin ungkapan ini berlebihan,tetapi harus diterima menjadi tegoran yang keras bagi orang Batak untuk dapat bukan hanya berani mempercakapkan kehidupan adat,tetapi lebih jauh lagi mencari dan memulai langkah-langkah terobosan yang konkret sesuai dengan tuntutan dan tantangan zaman.Suatu budaya harus dilihat sebagai suatu kenyataan yang dinamis sebab setiap anggota masyarakat menyadari kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang selalu menantang mereka melihat kebutuhan untuk mengembangkan atau memodifikasi gaya hidup dan perilakunya,sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman hidup yang baru.Karena itu elemen atau unsur-unsur baru selalu ditambahkan kepada budaya yang sudah ada.Pemerhati Adat Batak,Ir Berlin Simarmata MM.
Organisasi Marga bagi Orang Batak.

Lingkungan sosio-geografik Batak,dapat dibedakan atas yang tinggal di Tanah Batak yang disebut Bona Pasogit(negeri asal,negeri leluhur),yaitu lingkungan sosio-geografik pedesaan,dan yang tinggal di luarnya yang dapat disebut lingkungan geografik perkotaan,tano pangarantoan atau sering disebut tano parserahan.Lingkungan sosio-ekonomi pedesaan mempunyai ciri ekonomi pertanian,sedangkan lingkungan sosio-ekonomi perkotaan mempunyai ciri non pertanian yaitu di bidang produksi dan jasa.
Berbagai sumber kehidupan yang ada di perkotaan memungkinkan seseorang "melepaskan" dirinya dari ketergantungan kepada lingkungan sosio-ekonomi dan sosio-geografik pedesaan,terlebih orang-orang yang cukup jauh tinggalnya dari kampung halaman,bona pasogit.Namun sebenarnya tidak mungkin melepaskan diri sepenuhnya dari orang atau masyarakat Batak lainnya.
Seorang Peneliti Edward Bruner,menyimpulkan bahwa lahirnya organisasi marga orang Batak adalah didorong keperluan akan pengganti keluarga (pendukung) yang ditinggalkan jauh di kampung.Organisasi marga itu menurur Bruner adalah gejala perkotaan,bukan pedesaan. Selain sebagai pengganti keluarga di kampung,organisasi itu juga diperlukan sebagai sumber bantuan dalam menghadapi persaingan yang keras di perkotaan,persaingan dalam kehidupan,serta dalam memperebutkan sumber-sumber kehidupan dan lain-lain.Sebagai contoh, organisasi-Punguan Simataraja Simarmata dohot Boruna,sangat kuat di Medan dan terutama sekali di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya,sementara di Simarmata, Samosir, bonapasogit,kampung halaman, tidak ada,karena memang kurang diperlukan keberadaannya.Penulis adalah Penasehat Punguan Pomparan Simataraja Simarmata se DKI Jakarta Raya,Ir Berlin Simarmata MM.

Monday, September 04, 2006

Kebudayaan Batak tunduk kepada hukum perubahan.

Kebudayaan diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Jadi kebudayaan ada karena dibutuhkan manusia dan oleh karena itu diciptakannya.Kemudian setiap kebudayaan tunduk kepada hukum perubahan dalam pengertian bahwa setiap kebudayaan mengalami perubahan kecil atau besar,cepat atau lambat.Perubahan itu dapat berupa munculnya suatu unsur yang baru atau hilangnya unsur yang sudah ada,baik karena difusi dan akulturasi atau karena dinamika masyarakat pendukungnya sendiri.
Kebudayaan Batak tidak terkecuali dalam hal ini.Sama seperti kebudayaan-kebudayaan lain yang ada atau pernah ada di atas bumi ini,kebudayaan Batak tunduk kepada hukum perubahan.Berbagai unsur kebudayaan telah masuk dan mempengaruhinya.Dari sejarahnya dapat diketahui berlangsungnya pertemuan antara kebudayaan Batak dengan kebudayaan Hindu,meskipun pengaruhnya tipis,juga telah bertemu dengan kebudayaan kristiani, kebudayaan "Barat" dan pada waktu sekarang dengan kebudayaan dunia.Tulisan dan nama-nama hari Batak adalah contoh pengaruh Hindu.Konsep "kasih" adalah pengaruh Kristiani,Pendidikan dan ilmu pengetahuan adalah pengaruh dari Barat,sedangkan teknologi adalah contoh dari kebudayaan dunia.Pengaruh-pengaruh itu menyatakan dirinya melalui salah satu wujud kebudayaan,apakah itu sebagai gagasan,atau sebagai tingkah laku yang berpola atau sebagai materi.Manusia pada gilirannya menjadikan kebudayaan yang diciptanya itu sebagai objek orientasi.Dengan demikian manusia Batak yang kebudayaannya telah mengalami perubahan itu akan mengalami perubahan pula.Proses menyesuaikan dirilah yang menyebabkan hal itu terjadi.Pemerhati masalah budaya Batak,Ir Berlin Simarmata MM.

Sunday, September 03, 2006

Siapa saja yang disebut masyarakat Batak?

Seorang ahli antropologi Paul B.Pedersen,membedakan masyarakat Batak dalam dua golongan besar.Yang pertama kelompok suku bangsa yang terdiri dari Pakpak, Toba, Karo, Simalungun, Angkola dan Mandailing.Yang kedua terdiri dari Alas,Gayo dan Simsim.Namun kemudian ditambahnya dengan yang ketiga,yaitu Pardembanan di Lembah Sungai Asahan yang diduganya merupakan migran belakangan yang berasal dari orang Toba.Mengenai Alas,Gayo dan Simsim banyak orang meragukannya,namun sebagai cultur area,yaitu suatu penggabungan atau penggolongan dari suku-suku bangsa yang dalam masing-masing kebudayaannya yang beraneka warna mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa,kemungkinan besar pendapat itu ada benarnya.
Sekarang ini,khususnya dikalangan muda telah berkembang pengertian bahwa kalau orang menyebut Batak,yang dimaksud adalah Toba,atau lebih tepatnya empat daerah kabupaten Tapanuli Utara,Toba,Samosir dan Humbang Hasundutan.Demikianlah,maka orang Karo, Simalungun,Angkola dan Mandailing,dikatakan "bukan Batak",tetapi Karo, Simalungun, Sipirok, Mandailing.Hal senada terdapat pula dalam nama gereja-gereja Batak sekarang.Huria Kristen Batak Protestan(HKBP),misalnya sekarang ini boleh dikatakan khusus untuk orang_orang Toba.Sedangkan gereja-gereja baru yang tadinya adalah HKBP setelah menjadi gereja yang berdiri sendiri tidak lagi mempergunakan sebutan Batak.Demikian halnya dengan Gereja Kristen Protestan Simalungun(GKPS) yang sebelumnya bernama HKBP-S(imalungun),Gereja Kristen Protestan Angkola(GKPA) yang sebelumnya HKBP-A(ngkola),Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi(GKPPD) yang tadinya HKBP Simerkata Pakpak.Gereja Batak Karo Protestan(GBKP) yang hingga sekarang mempergunakan sebutan Batak bukan bagian dari HKBP,tetapi sejak diresmikan sebagai satu sinode telah menyandang nama seperti itu.GBKP adalah "buah" penginjilan NZG,Nederland,sedangkan HKBP adalah "buah" penginjilan RMG,Jerman.Perlu penelitian lebih jauh dari para antropolog kita.Pengamat kebudayaan Batak, Ir Berlin Simarmata MM.