Saat saya murid SMP di Pangururan-Samosir,saya satu kelas dengan putrinya Jeanny boru Manihuruk.Pada saat saya kuliah di ITB Bandung,saya dapat kesempatan berkenalan dengan keluarga beliau.Beliau berada di Bandung,karena mendapat tugas sebagai dosen Seskoad. Selama di Bandung beliau juga diangkat sebagai Penasehat Muda Mudi Silalahi Sabungan.Saya ikut sebagai anggota karena ibu saya boru Silalahi-Sihaloho,dan beliau juga diangkat sebagai penasehat karena isterinya adalah boru Silalahi-Sihaloho.Sayapun mengenal beliau secara dekat tatkala pernikahan Letnan Dua Tukang Simarmata,sekarang Kolonel,dengan Emmy boru Tobing SH.Beliau bertindak sebagai wali penganten laki-laki,dan saya sebagai panitia resepsi. Kemudian saya bertemu lagi dengan putrinya Jeanny boru Manihuruk,teman lama,tatkala kami sama-sama masuk GMKI Bandung,dia kuliah di IKIP Bandung.
Nasehat beliau yang paling berkenan dihati saya adalah:Jangan melupakan kampung halaman atau bonapasogit.Beliau mengkritik Kolonel Maludin Simbolon dan Mayor Raja Permata alias Sangga Raja Simarmata,yang tidak mempedulikan pulau Samosir.Beliau masih berpangkat Letnan Satu,tatkala kedua nama yang disebut terdahulu sebagai Panglima Kodam Bukit Barisan dan Komandan Batalion di BB.Mereka bertiga adalah pinompar ni si Raja Parna atau sering disebut Naiambaton,jadi kritiknya adalah kritik sesama bersaudara.
Sekarang beliau sudah dipanggil Tuhan,dan jenazahnya dimakamkan pada makam keluarganya di desa Lumban Suhi-suhi,pulau Samosir.Nasehatmu akan saya usahakan menyampaikan kepada generasi muda.Penulis adalah anggota PARNA;Ir Berlin Simarmata MM.